Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015
SUDAH Ketika sudah belum menjadi sudah, dan penundaan hanya sekedar wacana. Maka waktu mungkin kan sedikit terlupa sampai pada akhirnya diri merasa perlu. Apakah arti mengadu bila rasa tak berjumpa pada asa. Mungkin memang sebuah pilu bilamana teringat akan ilmu yang tergapai. Mencapainya merupakan kesempurnaan yang sering terlelap dalam ilusi bosan. Syukur kan mungkin merupakan jawaban. Namun nyata tak selalu bersambut pada rasa. Sudah hanyalah keputusasaan yang sejatinya diharamkan.
30 Paspor di Kelas Sang Professor,   Itu salah satu judul buku yang baru saja buka. beberapa halaman saja yang sempat saya baca. keburu ada customer dan keburu dilihat para SA dan security dan yang lainnya malah baca di area jual.  Yang masuk dalam pikiran saya adalah to be open mided itu penting memang sekarang. Di buku tersebut penulis sebagai dosen menyebutkan tugas pertama yang dia berikan kepada mhasiswanya adalah membuat pasport. Kenapa? Pasport adalah salah satu pintu gerbang atau legalisator kita untuk berhubungan di dunia luar dengan cara yang lebih nyata.  Terus ketika sudah punya paspor, bagaimana keluar negerinya. jangan tanyakan uang. itu jawabanya. Pertanyaan tentang uang hanya akan menghalangimu untuk mendapatkan apapun yang ingin dicapai.  Selalu ada cara. Ketika pasport ada, kita akan terotomatisasi untuk mencari jalan untuk menggunakan pasportnya. Sponsor, cari tiket dan harga hotel termurah, jasa mencuci piring direstoran ketika tidak ada lagi isi dompet

Tanpa AKU

Sedang Mencari Kenapa dan Bagaimana. Hidup.  Memang tidak bisa sendiri. Tapi memang terkadang ingin sendiri. Selalu butuh. Selalu butuh diperhatikan tapi menyendiri. Sebenarnya ingin itu, semua. Mungkin termasuk orang yang perfectionist; mungkin itu jawaban kenapa merasa selalu kurang. Apakah merasa selalu kurang atau sedang belajar menyadari sendiri.  Oh, Tuhan maafkan. Yang selalu merana dan meratapi. Katanya kurang bersyukur. Sejenak mungkin itu benar. Tapi telah selalu mencoba mensyukuri. Merasa sampai pada saat ini bukan hasil dari, tetapi merasa ini barokah dan keberuntungan dariNya. Apakah telah salah atau sedang apa. Tapi inilah. Memang ini yang rasakan. Tidak bisa lagi membohongi diri sendiri. Seperti keahlian yang selalu diandalkan untuk menutupi kekurangan. Merasa. Merasa ini bukan. Tapi ini yang terjadi pada. Terlalu malu untuk frontal terbuka pada dunia dan isinya, manusianya, sekitar, mereka. Mereka yang jauh, dekat, dan akrab, apalagi sedarah. Tetap saja malu.