Sedang Mencari Kenapa dan Bagaimana. Hidup. |
Oh, Tuhan maafkan. Yang selalu merana dan meratapi. Katanya kurang bersyukur. Sejenak mungkin itu benar. Tapi telah selalu mencoba mensyukuri. Merasa sampai pada saat ini bukan hasil dari, tetapi merasa ini barokah dan keberuntungan dariNya.
Apakah telah salah atau sedang apa. Tapi inilah. Memang ini yang rasakan. Tidak bisa lagi membohongi diri sendiri. Seperti keahlian yang selalu diandalkan untuk menutupi kekurangan.
Merasa. Merasa ini bukan. Tapi ini yang terjadi pada. Terlalu malu untuk frontal terbuka pada dunia dan isinya, manusianya, sekitar, mereka. Mereka yang jauh, dekat, dan akrab, apalagi sedarah. Tetap saja malu. Susah. Sangat susah. Hanya bisa menahan. Semua ditahan. Karena malu. Ini bukan. Apakah sedang memakai topeng.
Apakah salah bila malu. Menutupi. Hanya ingin sebetulnya dipandang dan dilihat sebagai diri yang baik, baik, baik. Semua yang baik. Tapi tidak bisa selalu menjadi baik. Padahal ingin selalu dilihat sebagai yang baik, baik, baik.
Apakah kurang bersyukur. Dibilang begitu. Apakah terlalu menyimpan sendiri. Dibilang begitu. Apakah bermental tempe. Dibilang begitu. Apakah kurang melihat yang dibawah. Apakah selalu melihat ke atas. Sehingga mimpi tidak selalu menemui nyata. Dan hati dan hanya bisa kecewa dan menangis sendiri. Dan kembali merana.
tidak ingin merana. Tapi merana. Tapi memang merasakannya. Apakah ini bawaan. Apakah ini penyakit. Tapi benar sangat merasakannya. Bagaimana susahnya. Bagaimana tertekannya. Dan lagi bagaimana cara untuk tidak terlihat oleh dunia, sekitar, mereka, bahkan sedarah. Itu benar susah. Terlalu malu untuk mengakui. Hanya bisa sakit sendiri. Apakah itu salah. Tapi itu adanya. Itu lah memang diri.
Tuhan, ya ALLAH. Selalu berpasrah padamu. mencoba. Mencoba lebih bersyukur. tapi terkadang sok tahu dan menerka. Tahu bukan hak. Tapi itu muncul. Ingin lebih menjadi baik, yang seharusnya. Tapi sering juga kalah dengan setan. Memang harusnya sadar belum menjadi taat. terkadang sadar. Terkadang lalai.
Mungkin ini memang harus diakhiri. Tahu mengakhiri hidup bukan hak. Tidak untuk mengakhiri hidup. Harus mengakhiriMengakhiri yang kotor dan negatif. Yang bertopeng dan perasa. Yang takut dan khawatir. Yang itu yang ini yang harus diakhiri.
Apakah bisa. Masih bertanya. Harusnya bisa. Lihat diri. Lihat sekeliling. Lihat keatas. Lihat Kebawah. Hak nya adalah memohon dan berusaha. Lalu pasrah tiada gundah.
Sudah lah diakhiri saja. Ingat katanya, hidup masih panjang. Hidup didunia sementara. Rezeki dan semua sudah ada yang mengatur dan tidak akan tertukar. Masih terasa gundah. Ingat saja. Ingat untuk selalu kembali padaNYA.
Semoga bisa mendapatkan yang terbaik. Untuk mereka semua, dan sendiri. Itu katanya doa yang harus dipanjatkan. sembari mencoba membuka jendela. Lihatlah jangan hanya merasa.
ditulis malam ini, dalam gelap kamar. rumah pulang. 2 hari nasihat dan didengar pula mendengar, apakah masih ditambah lagi, kurang? harapan esok kan bahagia selamanya. menahan senyum atau tidak mau senyum. harusnya bisa merekah. 20150121 2255 asli sini.saat kembali memang ingin didengarkan. Ditulis melaju menjalar, masih ada yang tidak tertulis dan masih ada yang tertambahkan.
Comments
Post a Comment