Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Doa

PILU LAGI, YA ALLAH UBAHLAH INI ... Tolong...

Sendiri. Merasa sendiri. Lagi-lagi itu yang kutulis. Sebegitu kesepiankah diriku. Atau menyendiri itu hobby. Bukan kayanya. Keadaan yang mengkondisikanku mengurungku mengekangku dalam sembilu ini. Aku tak tahu.  Kadang saat kembali sinar cerah syukur di hati merekah. Kembali merasakan Yaa ALLAH, terimakasih semua ujian ini kuharap menjadikanku hebat nanti.  Tapi berkali-kali ku jatuh dalam jurang emosi meledak bak gunung meletus tapi memalukan. Oh yaa ALLAH, apakah aku ini. Pertanyaan apa itu. Harusnya ku bertanya bagaimana ku melewati ini semua.  Kadang terpikir, apakah ini simple. Hanya aku saja yang terlalu cengeng dan cemen. Ataukah seberuntung itukah aku menerima berbagai ujian pelatihan hidup ini. Memang hanya bisa pasrah. Apalagii.. Tak adapun yang memahami ini. Tak adapun yang tau. Atau mungkin tak mau tau.  Senyum ini telah begitu berat. Tapi palsu, itu mudah. Raga ini sudah semakin lemah. Pura-pura itu gampang. Oh, apa ini. Gak jelas kan. Merona, bukan

Paksa Aku Introspeksi

Mereka bilang iya benar. Benar mereka bilang seperti itu. Hampir semua pernah bilang itu. Aku terlalu sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, temperamental, baper, dan masih banyak lagi. Oh ALLAH, tamparan apa lagi sebetulnya ini. sebetulnya ini luar biasa. Dengan sadar aku kembali disadarkan akan kekuranganku. Aku pernah berdoa agar aku tidak pernah merugikan orang lain. Mungkin secara langsung iya benar. Akan tetapi sifatku yang itu jelas nyatanya menggangu mengusik batin mereka dan paling tidak persepsi mereka semua luar dalam tentang diriku. Aku tak tau mengapa bisa seperti ini. Selalu alasan yang tak masuk akal yang lagi dan lagi masih kugenggam. Tapi ini memang nyata. Ini memang harus disadari. Bahwa itu aku. Itu aku dimata mereka. Harusnya ku sadar. Aku sudah sadar. Aku tahu. Aku bahkan telah bersaha memperbaikinya. Dalam benak aku berharap dukungan dan bantuan untuk lebih mengerti aku. Apakah itu namanya memanjakan sifat buruk? Aku tak tahu. Oke memang aku pertama yang h

NAFAS SENJA

Menghela nafas Mengeja kata Bersama diantara kata Menyimpan sepi Sudahkah Menyadari sebuah sebab dan akibat Kita seperti binasa dalam senja Hilang timbul tapi tak mau lari Engkau ada Aku ada Engkau menjauhi sisi yang lain  Aku mencari sisi yang lain Berubah Tak menyangka Tapi kini seperti menunggu Mati 11/04/2017 Kampus Pascasarjana UNS R.1302 Lt.3 sepi hati ingin pergi 10.52 di kelas mereka bercanda

JANGAN (pernah) KHAWATIR

Mengapa khawatir? Kita pasti punya mau. Kita punya ingin dan harap apa yang diinginkan dan diharapkan akan didapat dan akan terjadi. Mimpi tentang sebuah kejadian dan mimpi tentang sebuah apapun untuk didapatkan. Pun juga kita punya ingin agar jalan atau proses mendpatkannya adalah dengan yang kita mau. Yang baik yang enak yang ringan yang singkat yang instan, itu semua yang kita inginkan sebagai jalan yang ditempuh.  Kenapa seperti itu? Seringnya kita tidak sadar bahwa itu hanya siratan dari ego dan nafsu belaka. Nafsu yang membuat kita mempunya banyak ingin mempunya banyak impian tentang apa dan bagaimana sebuah nanti akan ditemui. Nafsu dan ego yang membuat kita khawatir, bukan benda yg kita inginkan. Jadi diri sendiri lah yang membuat kita khawatir. Khawatir, iya, khawaitr kalau yang diinginkan itu tidak didapat. Khawatir akan seperti apa nanti kalau yang ada di impian tidak terjadi. Takut lebih tepatnya akan menghadapi kenyataan. Paahal itu hanyalah keinginan, siratan dari naf

Tanpa AKU

Sedang Mencari Kenapa dan Bagaimana. Hidup.  Memang tidak bisa sendiri. Tapi memang terkadang ingin sendiri. Selalu butuh. Selalu butuh diperhatikan tapi menyendiri. Sebenarnya ingin itu, semua. Mungkin termasuk orang yang perfectionist; mungkin itu jawaban kenapa merasa selalu kurang. Apakah merasa selalu kurang atau sedang belajar menyadari sendiri.  Oh, Tuhan maafkan. Yang selalu merana dan meratapi. Katanya kurang bersyukur. Sejenak mungkin itu benar. Tapi telah selalu mencoba mensyukuri. Merasa sampai pada saat ini bukan hasil dari, tetapi merasa ini barokah dan keberuntungan dariNya. Apakah telah salah atau sedang apa. Tapi inilah. Memang ini yang rasakan. Tidak bisa lagi membohongi diri sendiri. Seperti keahlian yang selalu diandalkan untuk menutupi kekurangan. Merasa. Merasa ini bukan. Tapi ini yang terjadi pada. Terlalu malu untuk frontal terbuka pada dunia dan isinya, manusianya, sekitar, mereka. Mereka yang jauh, dekat, dan akrab, apalagi sedarah. Tetap saja malu.