Menanti, melihat, menyaksikan dan merasa. Kebenaran milik siapa. Sempurna. Kenapa mendambakan yang sempurna disaat diri pun sulit mencapainya. Nafsu. Ya memang itu yang mungkin mensugesti fikiran dan rasa untuk sombong menilai. Dengan obsesi tinggi mendamba kesempurnaan dari yang diharapkan. Mencari dan terus mencari. Menemui dan lagi dan lagi menemui dia yang baru, dia yang berbeda. Selalu ada beda. Memang beda. Dan jelas tak sama. Yang bisa kita simpulkan bila sadar kalau mereka sama adalah mereka punya kelebihan, pun juga mereka punya kekurangan. Itu, ternyata, pasti. Dan itu, ternyata, memang benar. Itu kebenaran. Yang sampai sekarang belum diri ini pahami adalah barangkali obsesi nafsu yang terlalu tinggi dan kesulitan memberikan empati pada rasanya dan nafsunya.
Masihkan rasa ini akan terus mengejar dan merasa. Ingat, tak ada yang sempurna. Hanya DIA.
Masihkan rasa ini akan terus mengejar dan merasa. Ingat, tak ada yang sempurna. Hanya DIA.
Comments
Post a Comment